Minggu, 15 Mei 2011

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR MINGGU IV

4.1  JUDUL
Identifikasi Batuan Metamorf

4.2  TUJUAN
     Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai berikut:
a.       Praktikan mampu mengidentifikasi batuan metamorf
b.      Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan metamorf

4.3 ALAT DAN BAHAN
Alat  yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan metamorf dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Alat dan  kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan metamorf.
No
Nama Alat
Kegunaan
1.
Lubang Preparat
Untuk  melihat warna batuan
 2.
Kamera
Untuk memotret batuan
3.
Rocks and Minerals
Referensi klasifikasi batuan beku
4.
Tabel hasil pengamatan
Untuk menulis hasil pengamatan.
5.
Sampel batuan
Sebagai obyek pemgamatan


4.4 TEORI
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna, tekstur, struktur dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya (Firdaus, 2011).
Metamormfosa adalah gabungan proses-proses yang aktif bekerja dibawah zona daerah pelapukan dan mengakibatkan perubahan batuan yang ada baik struktur,komposisi mineral maupun  sifat  fisiknya .batuan  metamorfosa  di bagi 3 yaitu:
a) Metamorf regional, disebabkan karena adanya panas/suhu dan tekanan.
b) Metamorf kataklastik, disebabkan karena adanya tekanan
c) Metamorf termal/kontak, disebabkan karena adanya panas/suhu (Graha,1987).

A.    struktur 
Struktur batuan metamorf di bagi menjadi 2 yaitu:
·         Foliasi Adalah struktur pararel yang di timbulkan oleh mineral pipih, sering kali terjadi padametamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.Foliasi dibagi menjadi 3 yaitu:
·         Slaty cleavage : struktur foliasi yang di jumpai pada bidang belah mineral mika hadir Contoh: batu sabak/slate
·         Schistose: struktur perulang dari mineral pipih dan mineral granular,mineral pipihorentasinya menerus/tidak terputusContoh: schist
·         Geinestose:  struktur perulangan Dari mineral pipih /granular lebih dominan. Mineralpipih orientasinya tidak menerus/ terputus 
Contoh:  geiness

Non foliasi Adalah struktur yang di bentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional, seringkali terjadipada metamorfosa termal/kontak.
Non foliasi terbagi atas:
·         Granulose/hornfelsik: merupakan mozaik yang terdiri dari mineral equidimensional.


B.     tekstur 
Tekstur batuan metamorf terbagi menjadi 3 yaitu:
ü  Lapidoblastik: terdiri diri mineral-mineral tabular/pipih.misalnya: mineral mika (muskofit,biotit)
ü  Nematoblastik: terdiri dari mineral-mineral prismatik.Misalnya:plegioklas,feldpat,piroksene
ü  Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular(equidimensional dengan batastidak teratur dengan bentuk mineral anhedral (Best, M. G, 1982).
C.     Komposisi mineral
Batuan metamorf merupakan ubahan dari batuan beku dengan batuan sedimen dan sehingga mineral yang terkandung  masih ada yang pada batuan beku dan batuan  sedimen. Selain batuan metamorf, sedimen dan batuan beku terdapat satu lagi jenis batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik, Hal ini dikarenakan secara genetis, kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya memperlihatkan ciri (struktur dan tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik. Kelompok batuan ini di definisikan sebagai batuan yang dihasilkan (secara langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunung api. Karena mempunyai sifat yang unik, maka terminologi yang digunakan untuk pemerian batuan ini juga khusus.
Pada umumnya batuan malihan ini lebih keras dan kompak daripada batuan asalnya. Struktur baru dan bahkan mineral baru dapat terbentuk pada proses ini. Tetapi ia masih dapat memperlihatkan beberapa karakteristik batuan asalnya. Kenampakan lain akibat proses metamorfosis ini adalah cleavage, schistocity dan foliation, perlengkungan dan retakan (Mason,R. 1989).
 Metasedimen adalah batuan malihan yang berasal dari batuan sedimen.
Beberapa contoh batuan malihan: Sabak, Filit, Sekis, Kwarsit, Marmer, dan Gneis.
 Adapun Proses-proses malihan dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Geothermal Alterasi, yaitu perubahan batuan sebagai akibat naiknya suhu di tempat yang dalam. Di kedalaman sekitar 3.000 msuhu kurang lebih 1000 C. Karena tekanan dan suhu yang cukup tinggi, maka batuan shale, misalnya, akan kehilangan kandungan airnya, batubara kehilangan air dan gas-gasnya sehingga mengalami perubahan pada komponen-komponen penyusunnya, berkristal halus akan mengalami rekristalisasi menghasilkan kristal lebih besar, limestone (batukapur, gamping) berubah menjadi marmer.
b. Hydrothermal Alterasi, yaitu perubahan sifat batuan sebagai akibat pengaruh cairan panas dari magma atau airtanah yang mendapat pemanasan dari dari magma. Sebagai contoh: feldspar yang keras berubah menjadi kaolin yang lunak, hornblende berubah menjadi khlorit, olivine menjadi serpentin. Batuan dekat sumber air panas diperlunak oleh air panas dan uap panas. Kadang-kadang proses malihan tidak hanya pengaruh cairan panas tetapi tambahan bahan atau pengurangan unsur penyusun batuan yang menyertainya.
c. Metamorfosis Kontak, yaitu perubahan sifat batuan yang terjadi karena intrusi magma yang panas. Di tempat di mana magma bersentuhan (kontak) dengan batuan suhu menjadi sangat tinggi sehingga proses metamorfosis berlangsung intensif, dan semakin jauh dari letak intrusi magma suhu makin berkurang. Derajat metamorfosis yang bervariasi ini terlihat dari keteraturan batuan malihan menurut jaraknya dari batuan intrusi. Di tempat paling dekat dengan intrusi dijumpai kordiorit dan berturut-turut semakin jauh akan ditemukan biotit – klorit – Muskovit dan terakhir batuan yang kaya dengan aluminium. Zona-zona metemorfosis di sekitar batuan intrusi berbentuk aureole ata halo yang diameternya beberapa meter hingga beberapa ribu meter.
d. Dinamo Metamorfosis, yaitu perubahan sifat batuan karena terutama factor tekanan. Tekanan terjadi dari gerak-gerak kerak bumi. Jadi erat kaitannya dengan proses pelipatan dan patahan-patahan di kerak bumi. Wilayah gejala metamorfosis ini meluas disbanding jenis metamorfosis lainnya, sehingga dapat disebut Metamorfosis Regional. Tekanan menyababkan batuan menjadi pipih dan menghasilkan fragmen batuan yang bergaris-garis memanjang. Contohnya Mudstone yang terdiri dari butir-butir kuarsa akan memipih dan partikel liat menjadi mika. Batuan baru ini disebut Slats yang berciri berlapis-lapis.
e. Metasomatisme, yaitu perubahan batuan karena magma menyusup ke dalam batuan, bercampur baur dengan batuan yang dimasukinya, membentuk batuan baru yang sifatnya sudah lain. Selain terjadi pembauran juga terjadi reksristalisasi.
f. Pneumatholysis, yaitu perubahan batuan karena pengaruh gas panas yang menyusup ke dalam kerak bumi. Karena gas lebih mudah bergerak maka gas-gas dari magma itu mudah menyusup lewat retakan-retakan dalam kerak bumi (Ernst, W.1975).














4.5 PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan metamorf adalah sebagai berikut:
1)      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2)      Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisinya:
·         Warna
·         Tekstur
·         Struktur
·         Komposisi mineral pembentuk batuan
3)      Menentukan nama batuannya
4)      Mengisi data pada lembar pengamatan


















4.6  DATA/HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan dari acara III tentang identifikasi batuan Sedimen adalah sebagai berikut :
Nomor Peraga                               :  1
Warna                                            :  Putih kemerahan
·         Tekstur                              :  Kristaloblastic
·         Struktur                            : Non- Foliasi
·         Komposisi Mineral            :  Carbonat
Nama Batuan                                :  Marmer






Nomor Peraga                               :  2 (dua)
Warna                                            :  Abu-abu
·         Tekstur                              :  Tekstur Relik
·         Struktur                            : Berfoliasi
·         Komposisi Mineral            :  Kwarsa
Nama Batuan                                :  Filit









Nomor Peraga                               :  3 (tiga)
Warna                                            :  Putih kecoklatan
·         Tekstur                              :  Kristaloblastic
·         Struktur                            : Berfoliasi (phylitic)
·         Komposisi Mineral            :  Mika
Nama Batuan                                :  Gneiss









Nomor Peraga                               :  4 (empat)
Warna                                            :  Putih kekuningan
·         Tekstur                              :  Kristaloblastic
·         Struktur                            : Berfoliasi
·         Komposisi Mineral            :  Mika (Muskovit)
Nama Batuan                                :  Soapstone









4.7  PEMBAHASAN

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna, tekstur, struktur dan komposisi mineral pembentuk batuan. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya.
Pengamatan pada batuan dengan nomor peraga 1 memiliki warna Putih kemerahan dengan tekstur kristaloblastic karena mineral-mineralnya sudah mengalami kristalisasi yang kembali pada waktu terjadi metamorfosa. Sedangkan struktur yang dimiliki batuan ini adalah Non-foliasi karena tidak  terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut. Komposisi mineral batuan ini adalah karbonat karena dapat bereaksi langsung dengan Hcl. Dari sifat-sifat fisik dapat di ketahui bahwa batuan ini adalah batuan metamorf  Marmer.
Pada batuan dengan nomor peraga 2 memiliki warna abu-abu dengan tekstur Relik atau biasa disebut sisa karena masih terlihat tekstur batuan asalnya. Sedangkan struktur yang dimiliki batuan ini adalah berfoliasi karena terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut. Komposisi mineral kwarsa yang jelas berwarna putih jernih dan tidak memiliki belahan. Dari sifat-sifat fisik dapat di ketahui bahwa batuan ini adalah batuan metamorf  Filit.
Batuan dengan nomor peraga 3 memiliki warna putih kecoklatan dengan tekstur kristaloblastic karena mineral mineralnya sudah mengalami kristalisasi yang kembali pada waktu terjadi metamorfosa. Sedangkan struktur yang dimiliki batuan ini adalah berfoliasi karena terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut. Komposisi mineral mika yang jelas memiliki belahan seperti lembaran-lembaran. Dari sifat-sifat fisik dapat di ketahui bahwa batuan ini adalah batuan metamorf  Gneiss.
Pengamatan batuan dengan nomor peraga 4 memiliki warna Putih kekuningan dengan tekstur kristaloblastic karena mineral mineralnya sudah mengalami kristalisasi yang kembali pada waktu terjadi metamorfosa. Sedangkan struktur yang dimiliki batuan ini adalah berfoliasi karena terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut. Komposisi mineral mika yang jelas memiliki belahan seperti lembaran-lembaran. Dari sifat-sifat fisik dapat di ketahui bahwa batuan ini adalah Soapstone.














4.8  PENUTUP
4.8.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari acara IV  tentang identifikasi batuan metamorf  yaitu sebagai berikut:
1.      Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya.
2.      Dalam mengidentifikasi batuan metamorf kita harus melihat berdasarkan sifat fisiknya secara khusus antara lain :
1.      Warna
2.      Tekstur
3.      Struktur
4.      Komposisi mineral pembentuk batuan

            4.8.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum acara IV tentang identifikasi batuan metamorf yaitu sebaiknya asisten lebih komunikatif dengan praktikan.








DAFTAR PUSTAKA
Drs.Firdaus, M.Si. 2011. Modul Pratikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo : Kendari.
Best, M. G. 1982. Igneuos and metamorphic petrology. New York : W. H. Freeman
Ernst, W. G. 1975. Metamorphism and plate tectonic regimes. Stroudsburg, Pa :     Dowden,Hutchinson & rock. Inc.
Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.
Mason, R. 1989. Petrology of the Metamorphic rocks. 2 ded. London: Unwinhyman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar